Sabtu, 06 Juli 2013

Andai Kamu Mengerti

Bila aku harus menjauhimu, aku akan memulainya dengan berjalan mundur. Aku akan menghayati lambai tanganmu di selangkah demi selangkah. Kemudian saat mataku mulai berkaca-kaca, aku akan berkedip untuk membiarkan pipiku basah. Aku akan menangisi jarak sambil menaruh harap untuk melayang-layang di atas tanah. Karena sejauh apapun kita terpisah, kita hanya sama-sama di bawah langit, masih di dalam bumi yang tidak lelah berputar..


Dear Zarry's halaman 126

"Kami"

   Bagaimana kami tahu bahwa cinta kami cukup jernih untuk tertuang di atas gelas yang Tuhan sediakan? Seberapa erat kami saling memeluk? Merekahkah bibir malaikat yang melihatnya? Apa kami sudah cukup dalam untuk berada di dalam kecukupan? Apa kami telah saling menguatkan untuk hanya maut yang memisahkan? Sebab kami tidak memantaskan diri sendiri seakan kami hendak memelihara hati kami di tengah ketidakrelaan, melainkan kami cukup berharap bada ketulusan untuk melihat kami berdampingan.

   Ketika kami mengarah ke tempat kami dapat bersama-sama, kami tahu, dan kiranya kami tidak lupa, tidak di setiap detik kami akan dimudahkan. Sebab ini adalah bagian tersulit bagi dua hati kami yang saling mengait, yaitu memikirkan pihak yang lain, terlebih menyenangkan para penonton.

   Aku, sungguh ingin sekali menciptakan keharuan, bukan sekadar menuruti segala tuntutan. Aku tidak berharap bahwa yang terbaik akan sekonyong-konyong muncul dari kerisauan, tetapi kan orang yang sabar bisa memperlihatkan kelegaannya. Ketika aku pikir semua bahagia, di balik satu per satu mata yang memancarkan keceriaan itu, aku tidak ingin ia tidak aku temukan.

   Aku menncintainya dan tidak ada keraguan sama sekali. Rindu yang ia sampaikan membuat hariku nikmat, hingga semua orang yang melihat mataku juga akan melihat kedamaian. Namun tidak mudah untuk membuat mereka melambaikan tangan dengan tersenyum saat nanti aku membawanya pergi mengarungi hidup. Ia milik Tuhan, kepada ayah ibunya ia dititipkan, kepada saudara-saudaranya ia dihadirkan, dan kepada teman-temannya ia diperkenalkan. Aku hanya percaya bahwa bukann kebetulan kami dipertemukan. Tuhan yang tahu, aku sungguh menginginkannya, sungguh ingin kami bahagia.




Dear Zarry's halaman 124-125